Selasa, 19 Oktober 2010

"NINGRUM dan BAGUS"

Tatapan tajam laki-laki itu sangant dikenalnya. Pagi itu Ningrum menjemput kekasihnya yang baru saja dating dari Makasar. Senyum terkembang dalam bibir mungilnya. Betapa lamanya ia tak bertemu dengan tambatan hatinya itu. “
Apa kabar? Kamu terlihat segar” kata Bagus. Tak terlalu banyak kata yang terucap dari bibir keduanya. Kerinduan yang tak bias diucapkan dengan kata-kata, keraguan yang selalu ada dalam benak laki-laki yang sedang bersamanya. Lima tahun lamanya mereka menjalin kasih, dalam suka dan duka yang pernah mereka lewati. Tak pernah membuat hati Bagus yakin akan Ningrum. Bukan karena Ningrum tak baik, bukan karena Ningrum tak memahaminya. Satu kata USIA. Ningrum setahun dilahirkan lebih dahulu daripada Bagus. Namun sampai akhirnya Ningrum berpikir, ia takkan bisa dalam situasi ini. Diantara cinta dan ketidakyakinan Bagus kepadanya. Di kala senja itu, setelah mereka melepas kerinduannya, Ningrum memberanikan diri, dengan penuh linangan air mata ia berkata “ Aku mencintaimu, kamu tau itu. Tapi aku tidak bisa lagi melihat keterpaksaanmu kekasihku, aku tau yang menjadi kegalauanmu. Namun sayang, aku tak bisa merubah waktu agar aku dilahirkan setelahmu, sehingga kau menjadi yakin kepadaku. Aku akan belajar untuk ikhlas. Jika memang benar itu adanya katakana kamu tidak mencintaiku? Dan aku akan pergi dari hidupmu?” Bagus menatapnya dengan pandangan kosong, meskipun dia tau mengapa….